Monday, June 15, 2020

Kasad Jenderal TNI Andika Perkasa Sebagai Inspektur Upacara Prosesi Pemakamam Pramono Edhie

Tempat peristirahatan almarhum Pramono Edhie bersebelahan dengan makam kakak kandungnya, Kristiani Herrawati, istri Presiden Keenam Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono, yang berada di blok M nomor 129 Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta Selatan


Portalindo.co.id

Jakarta - Prosesi pemakaman Pramono dipimpin Kasad Jenderal TNI Andika Perkasa sebagai inspektur upacara.


Jenazah Kepala Staf TNI Angkatan Darat (Kasad) Jenderal TNI Purnawirawan Pramono Edhi Wibowo dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta Selatan.

 

Tempat peristirahatan almarhum Pramono Edhie bersebelahan dengan makam kakak kandungnya, Kristiani Herrawati, istri Presiden Keenam Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono, yang berada di blok M nomor 129 Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta Selatan


"Atas nama negara bangsa dan TNI dengan ini mempersembahkan ke Persada Ibu Pertiwi jiwa raga dan jasa-jasa Almarhum. Semoga jalan Dharma Bhakti yang ditempuhnya dapat menjadi suri tauladan bagi kita semua dan arwah beliau mendapat tempat yang semestinya di alam baka," ujar Andika di TMP Kalibata, Minggu (14/6).

 

Sejumlah tokoh hadir di pemakaman Pramono Edhie. Di samping, Jenderal Andika tampak berdiri berjajar para mantan Kepala Staf TNI Angkatan Darat, di antaranya mantan Panglima TNI Jenderal TNI Purnawirawan Gatot Nurmantyo mengenakan jas berwarna hitam.

 

Sejumlah tokoh politik lain juga tampak menghadiri prosesi pemakaman tersebut, seperti Wakil Ketua MPR RI Syarief Hasan dan Zulkifli Hasan. Mereka duduk di baris kursi paling depan yang telah disediakan di bawah tenda yang diselimuti kain warna merah putih. Lalu ada pula Menteri Koordinator Maritim dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan.

 

Mereka memakai masker dan berdiri berjarak satu sama lainnya untuk menyaksikan detik-detik jenazah Pramono Edhie dibawa menuju tempat peristirahatan terakhirnya.

Putra pertama Ani Yudhoyono, Agus Harimurti Yudhoyono didampingi istri Annisa Pohan, juga putra keduanya Edhie Baskoro Yudhoyono mengenang pamannya, Pramono Edhie Wibowo sebagai sosok penyayang keluarga.

 

Ia mewakili keluarga besar Susilo Bambang Yudhoyono mengaku sangat berduka atas kepergian almarhum.

 

"Kami mengenang beliau semasa hidupnya adalah sosok yang kekeluargaan, yang menyayangi keluarganya. Kami sangat berduka," ujar AHY.

 

AHY mengatakan pamannya itu seorang yang sangat profesional, meniti karir militer dari bawah hingga puncaknya sebagai Kepala Staf TNI Angkatan Darat.

 

"Beliau berdinas lama di Kopassus, sampai menjadi Danjen Kopassus, kemudian menjadi Panglima Kostrad dan sampai dengan Kepala Staf Angkatan Darat. Tentu beliau adalah sosok perwira yang sangat profesional," kata AHY.

 

Dalam memorial yang dibacakan Letjend TNI (Purn) Edwin Soejono di pemakaman, sosok Pramono Edhie dinilai menjadi salah satu legenda di Angkatan Darat. Ia telah berusaha dan berjuang keras untuk mengabdi kepada TNI, bangsa, dan negara.

 

Karya almarhum yang paling dikenang adalah modernisasi alat utama sistem senjata (Alutsista) TNI saat beliau menjabat sebagai Kepala Staf TNI Angkatan Darat 2011-2013, antara lain pengadaan senjata kavaleri main battle tank leopard buatan Jerman, peralatan artileri meriam 155 Caesar buatan Perancis, juga pengadaan helikopter serbu Apache buatan Amerika Serikat.

 

Almarhum juga kerap turun langsung dan sukses mengabdikan jiwa raganya dalam menjalankan tugas negara, di dalam negeri maupun luar negeri. Salah satunya, saat tugas pengibaran bendera kebangsaan merah putih di atas puncak tertinggi dunia Gunung Everest (8.848 mdpl) di Nepal pada Sabtu 26 April 1997 pukul 15.40 waktu Nepal.

 

Saat itu, Pramono Edhie Wibowo ditunjuk memimpin tim sebagai koordinator oleh Komandan Kopassus Mayor Jenderal TNI Prabowo Subianto. Tugas itu berhasil dijalankan dan sukses mengharumkan nama TNI di mata dunia.

 

Indonesia pun hingga kini dikenal sebagai negara pertama di Asia Tenggara yang mampu mencapai Puncak Tertinggi di Dunia.

 

Kepala Staf TNI Angkatan Darat Jenderal TNI Andika Perkasa mengatakan baru mengetahui alasan mengapa mantan Kasad Jenderal TNI Pramono Edhie Wibowo jarang tampil di Markas Besar TNI Angkatan Darat.

 

Rupanya, Edhie merasa sungkan saat dirinya masuk ke dunia politik.

 

"Baru hari ini kita tahu, itu lah (pesan) yang ingin dicetuskan kepada keluarga, bahwa selama beliau menjadi bagian dari Partai Politik, katanya beliau sangat sungkan. Jadi itulah terakhir bertemu dan berinteraksi di Markas Besar Angkatan Darat," kata Andika.

 

Jenderal TNI (Purn.) Pramono Edhie Wibowo lahir di Magelang, Jawa Tengah, Indonesia, 5 Mei 1955. pramono meninggal Sabtu (13/6) di RS Cimacan karena penyakit jantung.

EditorY@D


Share:

Blog Archive